Sutradara di dalam seni teater
Salam Budaya, membahas menganai sutradara di dalam seni teater. mungkin banyak orang sudah tidak asing lagi dengan sutradara di perfilman, namu di teater sebagian orang belum banyak mengetahuinya. Seorang sutradara memiliki peran penting di sebuah pementasan teater dimana sebelm penampilan para aktor dan aktris sutradara lah yang mengatur jalannya cerita sesuai dengan naskah yang akan di pentaskan. Untuk penjelasan lengkapnya simak sibawah.
.
Sutradara orang yang paling bertanggung jawabatas segala elemen artistic. Dia harus memutuskan bagaimana naskah di interpretasikan / di tafsirkan, dan sutradara harus mengkoordinasi artist eater lainnya edaam pertunjukan yang menyatu. Sutradara yang baik, karenanya adalah hal penting dalam suksesnya setiap lakon. Meskipun tugas sutradara secara pasti mungkin bervariasi dari satu organisasi ke lain organisasi, tapi biasanya sutradara menjalankan fungsi sebagai berikut :
Sutradara orang yang paling bertanggung jawabatas segala elemen artistic. Dia harus memutuskan bagaimana naskah di interpretasikan / di tafsirkan, dan sutradara harus mengkoordinasi artist eater lainnya edaam pertunjukan yang menyatu. Sutradara yang baik, karenanya adalah hal penting dalam suksesnya setiap lakon. Meskipun tugas sutradara secara pasti mungkin bervariasi dari satu organisasi ke lain organisasi, tapi biasanya sutradara menjalankan fungsi sebagai berikut :
1. memutuskan tiap penafsiran atas lakon
2. Memilih pemain
3. Bekerja dengan penulis naskah, designer dan para teknisi / tukang dalam merancang produksi
4. Melatih pemain
5. Mengkoordinasi semua elemen kedalam pentas pertunjukan yang tuntas.
Memahami dan menafsirkan naskah Panjang dan pendeknya waktu bagi
sutradara untuk mempelajari dan menganalisis sebuah naskah sangat
bervariasi. Banyak pendidikan teater setiap musim libur memilih daftar
lakon untuk tahun akademi berikutnya. Dalam hal ini, sutradara mungkin
punya waktu beberapa bulan untuk persiapan. Di pihak lain, banyak
organisasi memilih lakon sekali dalam suatu waktu. Dan dalam teater
professional sutradara mungkin dipilih pada momen terakhir. Dalam hal
ini sutradara hanya punya waktu sedikit untuk melakukan studi naskah.
Meskipun waktunya pendek, sutradara harus berupaya semaksimal mungkin
untuk akrab dengan lakonnya jika ia ingin memilih dan melatih para
pemain secara cerdas, dan jika sutradara ingin memandu designer dan
teknisi dalam dalam penafsiran mereka atas lakon.
Analisis sutradara atas kompleksitas lakon dengan studi konstruksi
lakon dengan memeriksa pola : preparasi, komplikasi, krisis dan
resolusi. Dia harus mempelajari bahan-bahan yang dipakai untuk membangun
“suspensi’ dan untuk eksposisi. Untuk membuat analisis sangatlah
membantu dengan cara membagi lakon kedalam adegan-adegan pendek yang
ditandai dengan “masuk atau keluar” (karena setiap masuk/keluar selalu
membawa perubahan dalam hubungan karakter). Setiap adegan pendek mungkin
ada yang bisa di periksa dalam hubungannya dengan fungsi utama. Apa
motivasi karakter dalam adegan itu? Apa mood yang sangat dominan?
Bagaimana adegan itu berhubungan dengan adegan sebelum dan sesudahnya?
Apa signifikan dalam lakon secara keseluruhan? Menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini dan sejenisnya akan menolong sutradara untuk
memahami makna lakon dan melihat kenapa lakon itu di konstruksi seperti
itu. Sutradara akan menyadari baik kekuatan maupun kelemahan naskah dan
juga masalah-masalah yang harus di selesaikan. Sutradara harus memahami
setiap karakter, baik dalam fungsinya dalam lakon maupun tuntutan atas
pemain yang akan memainkan perannya. Sutradara harus memperhatikan
cirri-ciri fisik, kualitas yang dominan (seperti kesedihan, kekuatan
atau kelicikan/kecerdikan). Tingkatan emosional dan kualifikasi vokal
yang diperlukan bagi setiap karakter sehingga sutradara bisa
meng-casting dan melatih lakon secara cerdas. Sutradara harus memahami
lakon dalam rangka kebutuhan pengadeganan, kostum dan pencahayaan.
Sutradara harus berupaya membayangkan setting panggung dalam hubungan
mood dan atmosfirnya, penyusunannya bagi kelancaran aliran “eksyen” dan
sebagai lingkungan yang sesuai bagi karakter dan peristiwanya.
Sutradara harus dalam posisi bisa bicara cerdas dan persuasive pada
designer dan teknisi tentang hal ini semua dan factor-faktor lainnya
yang termasuk dalam desain. Sebagai tambahan dalam menganalisis naskah
dengan cermat, sutradara barangkali perlu mengenali / mendapatkan
informasi latar belakang tentang penulisnya, periode lakon (jika bukan
modern), dan berkenaan dengan lingkungannya (jika hal ini tidak akrab
bagi sutradara). Atau sutradara sangat perlu membaca apa kata kritikus
tentang lakon itu, dan menemukan bagaimana hal itu telah mempengaruhi
penonton teater.
Setiap pemeriksaan ini akan membantu sutradara dalam
memahami kualitas lakon, dan untuk memutuskan pendekatan apa yang harus
diperlukan dalam mewujudkan naskah diatas panggung. Masalah penafsiran
bervariasi tergantung pada jenis lakon yang dikerjakan sutradara. Naskah
bisa dibagi secara kasar kedalam tiga kategori : – Lakon periode lama –
Lakon sedang terkenal – Lakonasli Sutradara harus bisa menghadapi
masalah tertentu. Jika ia memilih lakon masa lalu, agar lakon itu
meyakinkan, komprehensif dan menarik, sutradara perlu membikn beberapa
perubahan. Bisa dengan mengganti kata-kata dan frase-frase yang sudah
usang dan tak bermakna dalam terminology modern. Terkadang bisa juga
dengan menghilangkan sub-plot. Terkadang memotong kalimat-kalimat.
Terkadang menyusun ulang atau mengkombinasi adegan-adegan. Sutradara
bisa memutuskan bahwa lakon bisa jadi lebih bermakna bagi penonton
modern dengan mengubah waktu dan tempatnya. Misalnya, Hamlet dipentaskan
dalam kostum modern. Dan much ado about nothing tidak di setting di
inggris akan tetapi di amerika serikat barat – selatan. Sutradara bisa
mengubah intonasi / tekanan dalam sebuah lakon agar bisa memberikan
tafsiran baru pada satu tokoh. Misalnya, aspek komedi pada Skylock dalam
lakon “Saudagar Venesia” ditekankan pada zaman Shakespeare, tetapi kini
bisa ditekankan pada kualitas simpatetiknya. Fearalet adalah tokoh
action dan dia terlalu introvert dalam lakonnya. Sutradara harus jelas
apa yang diharapkan untuk mencapai tafsiran itudan harus jelas bahwa itu
sahih dan meyakinkan. Sutradara bisa juga membuat lakon menjadi lebih
komprehensif dengan membangun interpose – tapi pada wahana visual
sentral atau imaji kunci. Misalnya imaji memata-matai (spying) dan
menyelidiki hal-hal terselubung. Contoh, Dalam salah satu adegan
panggung dipenuhi pintu-pintu tertutup, pada setiap pintu seorang
pelakon berupaya menguping percakapan di pentas.
Gaya dan periode lakon
biasanya harus nyambung ke penonton modern lewat adaptasi metode
pemanggungan. Seperti, tehnik acting, kostum, scenery dan panggung yang
dipakai pada jaman lakon ditulis. Misalnya, panggung pada masa
Elizabeth-an dan konsekwensinya biasanya dipakai dalam produksi
lakon-lakon Shakespeare. Kondisi teater masa lampau, bagaimanapun harus
selalu dapat dipahami dan harus di adaptasi sehingga bisa menjadi
jembatan antara masa lalu dan masa kini. Memproduksi lakon-lakon
terkenal, misalnya produksi Broadway, sutradara biasanya dapat menemukan
karya cetakan terbitan penerbit / agency lakon yang sesuai dengan
rancangan lantai setting, daftar property, petunjuk gerak pemain dan
banyak cara tafsir. Kebanyakan informasi ini diambil dari lembar catatan
/ prompt copy dari naskah produksi original.
Biasanya sutradara lantas
mengikuti anjuran-anjuran ini semirip mungkin. Tetapi kebanyakan mereka
memilih menafsirkan sendiri lakon tersebut dan mengadaptasi “Floor Plan”
dan elemen-elemen lainnya. Terkadang selurus dirinya ketimbang
semata-mata mencontoh produksi New York. Meskipun sekian banyak
informasi diberikan dalam suatu edisi acting, bagaimanapun sutradara
harus selalu banyak menambah. Karena tidak mungkin sekedar mencontoh
saja. Jika memproduksi lakon baru, kerja sutradara lebih rumit lagi
karena perlu bekerjasama dengan penulis naskah. Sering kali naskah dalam
keadaan berubah-ubah terus menerus sampai ke malam pembukaan. Perubahan
dibikin demi mencapai kejelasan dan meyakinkan lebih besar. Terkadang
seluruh adegan di tulis ulang. Terkadang hanya kalimat seseorang atau
beberapa adegan pendek diubah. Terkadang transisinya di kerjakan ulang.
Sutradara harus menampakkan dirinya sebagai kritikus dan penasehat pada
penulis naskah dan harus menolak jadi otokratik dan sewenang-wenang
dalam tuntutannya. Jika sutradara dang penulis banyak terjadi kesimpang
siuran, lebih baik sutradara atau produksi dihentikan.
Baik sutradara
maupun penulis harus tidak menganggap dirinya tidak salah. Namun anjuran
siapapun harus disampaikan dan didengarkan dalam semangat saling Bantu.
Sutradara naskah baru dibantu untuk sampai pada pemahaman dan
penafsiran lakon adalah dramawan, yang biasanya siap membantu
menjelas-terangkan poin-poin yang meragukan atau ambiguitas. Dipihak
lain, dia harus berupaya mewujudkan konsepsi penulis kapanpun dia
sanggup. Sutradara tidak harus menerima kata-kata penulis yang dalam
naskah tidak bisa dilihat sutradara.
Gagasan penulis harus dinyatakan
dalam bentuk dramatik yang bisa di proyeksikan ke penonton. Jika tidak
bisa, sutradara harus mencoretnya dan harus kerja bareng penulis dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Jadi, Sutradara harus berupaya memahami
naskah dengan segala cara yang dimilikinya. Sutradara harus tahu apa
yang ingi dia tekankan sehingga dia wujudkan nilai-nilai yang di temukan
di situ. Hanya setelah dia rampungkan eksplorasi dan rancangan awal
ini, barulah dia memulai kerja dengan artis / pemain ataupun awak teater
lainnya. Itulah materi kali ini mengenai sutradara semoga dapat membantu anda selaku pengunjung dan salam budaya.
0 Response to "Sutradara di dalam seni teater"
Post a Comment