Penokohan di Dalam Seni Teater

Salam Budaya, di kesempatan kali ini saya akan membahas menngenai materi penokohan di dalam seni teater. Penokohan dapat di artikan pelukisan karakter/kepribadian pelaku utam di sebuah naskah. Penokohan di dalam seni teater biasnya di tentukan secara terpilih oleh seorang sutradara.


Mengapa Harus Sutradara? Sudah pernah saya bahas mengenai peran penting seorang sutradara di artikel sebelumnya. Sutradaya memiliki kewenangan untuk memilik aktor/aktris yang akan bermain di sebuah naskah yang akan di pentaskan. Melalui pemilihan yang di sebuat casting. Tetapi kita tidak akan membahas lebih dalam pemilihan pemain di artikel kali ini, melainkan membahas penokohan di dalam seni teater. Peran dalam penokohan  menurut sifatnya, terbagi dalam beberapa hal :

Peran Protagonis
Peran protagonis adalah peran yang harus mewakili hal-hal positif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang disakiti, baik, dan menderita sehingga akan menimbulkan simpati bagi penontonnya. Peran protagonis ini biasanya menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang menentukan gerak adegan.

Peran Antagonis
Peran antagonis adalah kebalikan dari peran protagonis. Peran ini adalah peran yang harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis. Dia adalah tokoh yang jahat sehingga akan menimbulkan rasa benci bagi penonton.

Peran Tritagonis
Peran tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun antagonis. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi juga bisa menjadi penengah atau perantara tokoh sentral. Posisinya menjadi pembela tokoh yang didampinginya.

Karakter di bagi menjadi tiga bagian menurut kedudukannya di dalam cerita:

1. Karakter Utama (Main Character)
Karakter utama adalah karakter yang mengambil perhatian terbanyak dari penonton dan menjadi pusat perhatian penonton.. Karakter ini juga paling banyak aksinya dalam cerita.

2. Karekter Pendukung (Secondary Character)
Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-kangan karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu karakter utama. Misalnya sebagai orang keparcayaan karakter utama. Contohnya, sebagai sopir atau bodyguard di dalam sebuah cerita.

3. Karakter Figuran (Incedentral Character)
Karakter ini duperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita. Mereka sering disebut figuran, karena yang dibutuhkan figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya bersifat informatif. Biasanya mereka digunakan dalam adegan-adegan kolosal dan keramaian. Atau jika tidak kolosal, biasanya mereka memegang profesi di dalam pelayanan umum, misalnya sopir taksi, pembantu, atau penjual bakso keliling.

Itulah materi mengenai penokohan di dalam seni teater, sebenranya penokohan di dalam seni teater tidak berbeda dengan penokohan yang berada di perfilman. Hanya saja bila di perfilman kita tidak bisa menonton secara langsung beda halnya dengan seni teater yang dpat di lihat secara langsung. Sekian materi kali ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, Terimkasih dan Salam Buya. 

Subscribe to receive free email updates: